Sabtu, 06 Juni 2009

Suramadu VS entepreneurship

(BUTUH KURIKULUM BERBASIS ”ENTERPRENEURSHIP”)

Penghubung antar dua wilayah atau daerah sebagai akses transprotasi sangatlah penting untuk perkembangan dan kemajuan berbagai aspek suatu wilayah. Baik riil maupun nonriil.

Beberapa tahun sudah berjalan pembangunan jembatan penghubung antara pulau garam Madura dan Jawa (Surabaya) atau dikenal dengan jembatan Sura-Madu di Jawa Timur yang direncanakan akan dioprasikan bulan Juni mendatang. Eksekusi bangunan dan perluasan jalan rayapun telah dilakukan untuk merperlancar arus lalu-lintas yang menuju arah jembatan Sura-Madu di Surabaya khususnya. Satu sisi menguntungkan bagi sebagian kalangan masyarakat Jawa Timur. Disamping mempercepat keluar-masuk Surabaya-Madura perekonomian diharapkan akan semakin meningkat. Bagi pemerintah Jawa Timur sendiri dengan dibangunnya jembatan Sura-Madu maka pendapatan daerah otomatis bertambah yang didapat dari jasa yang dibayar pengendara untuk melintasinya.

Namun disisi lain merugikan bagi perusahaan jasa penyeberangan kapal laut dan dari sebagian kalangan masyarakat beranggaapan bahwa adanya jembatan Sura-Madu dominan mengancam perkembangan moral masyarakat Madura khusunya. Dengan alasan adanya akses transportasi yang mudah akan masuk berbagai budaya luar yang dengan cepat pula akan menyentuh lapisan masyarakat madura. pendidikan yang mayoritas berbasis pesantren akan berkurang karena pengaruh budaya baru yang masuk, pemikiran yang religus akan terongrong oleh pemikiran kontemporer yang konyol dan Mental keagamaan yang menyusut. Dibidang ekonomipun akan dikuasai para investor luar.

Semua itu tentu bisa dihadapi dengan mental dan strategi yang dibangun sedini mungkin secara kontemporer pula. Karena masyarakat Madura juga butuh aktualisasi dan menjadi masyarakat yang progressif. Adanya jembatan Sura-Madu diharapkan lapangan kerja baru semakin bertambah dan mudah didapat, sehingga perekonomian masyarakat Madura meningkat dan menjadi masyarakat yang progresif seperti apa yang diharapkan. Ini semua tak lain adalah sebuah tantangan baru bagi ulama sebagai pembimbing agama, cendikiawan dan para pelajar Madura untuk menunjukkan peran sosialnya dan menjadikan masyarakat Madura mandiri serta terbuka penuh percaya diri. Maka berbagai persiapan harus segera dilakukan oleh semua lapisan masyarakat Madura, Khusunya bidang pendidikan.

Pendidikan yang lebih menekankan pada pengetahuan agama di lembaga tertentu harus mulai diimbangi dengan ilmu pengetahuan umum dan tekonologi (lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali). Mata pelajaran “Entrepreneurship” bisa ditambahkan pada kurikulum baru dilingkungan Diknas maupun Depag, Sehingga diharapkan generasi yang akan datang siap menciptakan lapangan kerja sendiri dan tidak perlu menjadi karyawan para investor luar serta siap bersaing pada era yang akan datang. mengingat data pencari kerja (pencaker) yang mencapai angka ribuan (sumber : kabar maduran.com)

Paradigma atau ideologi yang cendrung menganggap birokratif dianggap sebagai tolok ukur suksesnya seseorang yang punya pengalaman akademik harus dinetralisir. Karena hal ini jelas menghambat kreatifitas dan menumbuhkan gengsi sosial. Sehingga sulit menjadi masyarakat yang mandiri.

Cara memahami dan doktrin agama yang konservatif sehingga melahirkan produk SDM yang berkeyakinan buta dan kultus individu serta tunakreativitas harus dicerahkan kembali. memahami agama secara kontemporer serta otodidak harus diupayakan karena hal ini termasuk upaya menghilangkan sekat-sekat untuk berkreatifitas seperti yang perintahkan dalam agama. perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai budaya modern tak lain sumbernya adalah agama.

Sebuah stimulus yang luar biasa bagi ulama, karena tidak dapat dipungkiri tokoh utama masyarakat Madura adalah Kyai yang notabene Ulama dan sangat berpengaruh. Cendekiawan dan pelajar Madura untuk kreatif dan Inovatif membangun Madura tercinta di era baru yang akan datang. . Semakin banyak arus budaya modern yang akan masuk justru menambah nilai perejuangan para tokoh masyarakat Madura. Semakin ikhlas semakin banyak pula pahala yang didapat.

Strategi yang menyeimbanginya salah satu strategi untuk merespon arus budaya luar yang dikhawatirkan akan merusak mental keagamaan, perekonomian yang dikuasai investor luar masyarakat Madura sehingga menjadikan sebuah sumbangan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tahap demi tahap memajukan daerah-daerahnya. Namun tak kalah pentingnya adalah peran pemerintah yang Amanah terhadap rakyatnya.

Khairul Imam

Pamekasan-Madura

Tidak ada komentar:

Posting Komentar